TA : PERBANDINGAN FREKUENSI PENYADAPAN (S/2, D/3) dan (S/2, D/4) TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.)

LUBIS, RANGGA TANGGUH LINGGARTIWA (2021) TA : PERBANDINGAN FREKUENSI PENYADAPAN (S/2, D/3) dan (S/2, D/4) TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.). Diploma thesis, Politeknik Negeri Lampung.

[img] Text
Cover - Rangga Tangguh.pdf

Download (84kB)
[img] Text
Abstrak - Rangga Tangguh.pdf

Download (32kB)
[img] Text
BAB 1 dan BAB 2 - Rangga Tangguh.pdf

Download (161kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA - Rangga Tangguh.pdf

Download (89kB)
[img] Text
Rangga Tangguh Linggartiwa Lubis-18721051 - Rangga Tangguh.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (589kB)
[img] Text
Surat Pernyataan Keaslian Dokumen - Rangga Tangguh.pdf

Download (1MB)

Abstract

Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg. ) Tanaman karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia. Banyak sedikitnya perolehan lateks dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti teknis pemanenan, waktu menyadap, umur tanaman, jenis klon, kondisi lingkungan dan iklim. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui produksi lateks dan efisiensi pemakaian kulit dalam 10 sampel pohon, serta biaya tenaga kerja penyadap dengan sistem sadap S/2 d3 dan S/2 d4 di PT. Perkebunan Rakyat VII (Persero) unit kebun dan pabrik karet Tulungbuyut. Ada beberapa tahapan dalam mengetahui produksi lateks tanaman karet untuk frekuensi penyadapan antara lain menentukan frekuensi penyadapan, memilih pohon sampel, pengambilan lateks, penimbangan DRC, menghitung konsumsi kulit, dan menghitung biaya upah tenaga kerja. Frekuensi penyadapan dengan sistem sadap (S/2, D/4) memiliki produksi paling tinggi yaitu 66,07 gram tiap pohonya dibandingkan dengan sistem sadap (S/2, D/3) yaitu 61,42 gram tiap pohonya, frekuensi penyadapan dengan sistem sadap (D/4) lebih efisien dalam hal pemakaian kulit tanaman dalam satu tahun. Frekuensi penyadapan dengan sistem sadap (S2, d/4) hanya menghabiskan biaya sebesar Rp. 619.724 tiap bulannya dibandingkan dengan frekuensi penyadapan dengan sistem sadap (S/2, d/3), yang mengeluarkan biaya sebesar 885.320 rupiah. Frekuensi sadap sangat berpengaruh pada hasil lateks yang telah dipanen atau diproduksi yang didapatkan pada tanaman karet. Selain itu frekuensi lateks dapat mempengaruhi masa produktif tanaman dan juga biaya untuk tenaga kerja . semakin dekat hari penyadapan dilakukan maka masa produktif tanaman akan berkurang. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja akan lebih banyak.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: Q Science > Q Science (General)
Divisions: Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan > Prodi D3 Produksi Tanaman Perkebunan
Depositing User: mrs Retno Triastika
Date Deposited: 28 Apr 2022 05:30
Last Modified: 28 Apr 2022 05:30
URI: http://repository.polinela.ac.id/id/eprint/2523

Actions (login required)

View Item View Item